Monday, February 8, 2010
dua puluh tujuh tahun
sudah dua puluh tujuh tahun kau habiskan air mata dan rindumu kepada tembok bernama maligai. sedang keping batubata penumpu tembok telah termakan dengki yang setiap hari kau kunyah mentah-mentah: tanpa tanya. tanpa daya.
kau katakan aku masih saja di luar sana. tak perduli namaku kaupanggil tiap hari: anakku? anakmu? anak kita? menumbuh dirimu dalam diriku menggayut tak menentu mengharap. menanti belahanku sampai empat belas maret lalu kau dan aku tumpahkan semua ke dalam cawan rindu dan air mata: bahagia.
jakarta, maret 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment